
SINGAPURA, SIJORIPOST.COM – Kampanye penghematan energi menjadi fokus utama perusahaan mingas, Shell. Ajang kompetisi mobil irit, Shell Eco Marathon yang digelar di Changi Exhibition Centre Singapura pada Kamis (16/3) hingga Minggu (19/3) sekaligus dimanfaatkan untuk mengajak anak muda memahami dan menghemat energi.
Sejak ajang ini dibuka, sudah ribuan warga Singapura, yang mayoritas adalah siswa sekolah dasar dan menengah, mengunjungi ajang itu. Di arena, pengunjung disajikan berbagai penjelasan tentang energi dalam kehidupan sehari-hari. Semua disertai dengan gadget canggih menyerupai asli untuk mendeskripsikannya secara jelas.
Misalnya, bagaimana proses batu bara menjadi sumber energi dengan memutar turbin lalu dialirkan sebagai listrik. Kemudian, bagaimana menjadikan nuklir sebagai energi yang rendah emisi.
Selain itu, ada berbagai permainan menarik yang disajikan di ajang itu. Misalnya permainan lego. Anak-anak diajak menyusun mobil, dan melombakan di trek buatan yang sudah disiapkan.
Yang paling menyedot perhatian kompetisi inovasi siswa sekolah berumur 12-16 tahun terkait konsep energi masa depan. Anak-anak sekolah di Singapura memamerkan berbagai konsep desain rumah hemat energi, desain apartemen, hingga bagaimana menemukan sumber energi baru yang ramah lingkungan.
Misalnya, anak-anak dari Ping Yi Secondary School menyajikan konsep turbin memanfaatkan angin dengan dasar hukum Archimedes. Mereka menghitung bahwa konsep turbin bisa memperoleh 1.100-1.500 kWH dengan kecepatan angin 5 m/s. Adapun rata-rata kecepatan angin di Singapura sendiri adalah 3-10 m/s.
Lalu ada juga ide dari siswa Sekolah Ping Yi yang memanfaatkan teori Faraday soal induksi kinetik. Adapun sumber energinya adalah ombak dan arus laut. Sebuah buoy mengapung di lautan, disambungkan dengan magnet dan sejumlah elemen yang didirikan hingga ke dasar sebagai penahannya.
Dengan alat itu, gelombang arus laut di Inggris bisa menghasilkan 200 nano watt hour (nWk) energi. Sementara 1 nWK bisa digunakan untuk menghidupi listrik 700.000 rumah, dan energi itu bisa dipanen dari laut untuk 24 jam sehari.
Para pengunjung, termasuk juri dari Shell yang menilai presentasi anak-anak itu, cuma bisa terdiam dan mendengarkan serius penjelasan itu. Sesekali mereka geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Tampaknya mereka kagum dan tak menyangka munculnya ide itu.