
PEKANBARU, SIJORIPOST.COM – Ibu Negara, Iriana Jokowi menyempatkan dirinya hadir menyaksikan kegiatan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim pada perempuan melalui Inspeksi Visual Asam (IVA) yang digelar BPJS Kesehatan saat melakukan kunjungan kerja ke Pasar Limapuluh, Pekanbaru, Rabu (29/03/17).
Didampingi rombongan kepresidenan yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja, kedatangan wanita kelahiran Surakarta, Jawa Tengah itu pun disambut antusias oleh ratusan warga yang didominasi kaum ibu-ibu. Ditengah momen kedatangan istri orang nomor satu di Indonesia tersebut, tak sedikit pula masyarakat yang memanfaatkannya untuk sekedar bersalaman atau berfoto bersama.
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI, dr Untung Suseno Sutarjo, kedatangan Ibu Negara tersebut merupakan bentuk dukungan yang kuat untuk memerangi kanker serviks dengan melakukan pemeriksaan sedini mungkin. Apalagi keberadaan penyakit kanker serviks sendiri sangat banyak terdeteksi di Indonesia.
“Kalau terdeteksi sejak dini, maka penanganannya juga akan lebih mudah. Kita merasakan dukungan yang sangat besar dari beliau (Iriana Jokowi), sehingga beliau mau menyempatkan diri melihat pemeriksaan IVA ini,” tuturnya di sela kunjungan sang Ibu Negara tersebut.
Dia menjelaskan, penyebab munculnya kanker serviks itu bisa pula disebabkan oleh faktor pernikahan diri serta sanitasi. Oleh karena itu ia pun tak lupa menghimbau kepada kaum perempuan, khususnya ibu-ibu agar secepatnya dapat memeriksakan IVA atau kanker leher rahim.
Di lokasi yang sama, Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan, Maya A Rusady menuturkan, pemeriksaan IVA ini sendiri bertujuan untuk menekan jumlah penderita kanker serviks di Indonesia. Selain itu, deteksi dini kanker serviks juga merupakan salah satu bentuk program promotif preventif yang disediakan BPJS Kesehatan bagi peserta JKN-KIS.
“Deteksi dini kanker serviks masuk dalam skema pembiayaan program JKN-KIS, jadi siapa saja peserta yang ingin melakukan deteksi dini kanker serviks tidak perlu lagi mengeluarkan biaya. Kanker serviks tidak menimbulkan gejala dan pasti sulit terdeteksi pada stadium awal. Oleh karena itu lakukanlah skrining kesehatan melalui deteksi dini yang disediakan BPJS Kesehatan,” paparnya.
Dia menambahkan, kanker serviks umumnya baru bisa terdeteksi ketika sudah stadium lanjut. Dimana proses pengobatan yang harus dilakukan juga menjadi lebih sulit dan biaya pengobatannya pun menjadi lebih mahal. Untuk itulah, sambungnya, pemeriksaan sedini mungkin sangat penting dilakukan peserta guna mengantisipasi agar tak terjangkiti kanker serviks tersebut.
“Bila dari hasil pemeriksaan terdapat seorang peserta JKN-KIS yang positif mengidap kanker serviks, maka peserta yang bersangkutan dapat menjalani perawatan lebih lanjut di faskes yang bermitra dengan BPJS Kesehatan sesuai prosedur yang berlaku,” gumamnya.
Sementara itu berdasarkan data peserta BPJS Kesehatan secara nasional pada tahun 2016, jumlah kasus kanker serviks di tingkat pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan mencapai 12.820 kasus dengan total biaya Rp56,5 miliar. Sedangkan rawat inap ada 6.938 kasus dengan total biaya Rp87,1 miliar. Kemudian masih di tahun yang sama, berdasarkan hasil kegiatan deteksi dini pemeriksaan IVA yang bekerjasama dengan OASE Kabinet Kerja jumlahnya mencapai 71.209 peserta. Sedangkan pemeriksaan Papsmear berada di angka 36.897 peserta.
“Kalau khusus di wilayah Divisi Regional II BPJS Kesehatan (Riau, Sumbar, Jambi dan Kepri), peserta IVA terhitung sampai Februari 2017 sudah mencapai 744 orang. Dimana 2,96 persen diantaranya positif IVA. Lalu peserta Papsmear di Divre II sampai Februari 2017 berjumlah 425 peserta dan 1,1 persen diantaranya positif,” tutupnya.