
JAKARTA, SIJORIPOST.COM – Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan kilang Bontang di Kalimantan Timur akan menghasilkan bahan bakar minyak jenis Euro V. “Project kilang Bontang ini standarnya adalah euro V,” kata Rachmad Hardadi saat ditemui di Hotel Hyatt, Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, Selasa 28 Februari 2017.
Rachmad menuturkan pembangunan kilang ini diharapkan selesai pada 2023. Karena itulah pencarian mitra strategis Pertamina melalui project expose dilakukan. Dia melihat ada sejumlah keuntungan dari kilang ini, salah satunya adalah lokasi yang dekat dengan Filipina.
Rachmad menambahkan, kondisi lokasi ini membuat produk dari kilang ini akan bisa diekspor ke Filipina. Dia memiliki rencana untuk melakukan ekspor solar dan avtur ke Filipina. “Kebutuhan solar dan avturnya terbuka (bagi produk kilang Bontang), berapa pun produk kami,” tutur dia.
Selain itu, dari sisi trader produk di sisi Filipina pun nampaknya lebih efisien mengambil produk dari Bontang. Alasannya karena lebih dekat, jika dibandingkan mereka harus mengambil avtur dan solar dari Singapura. “Ada nilai kompetitif karena (lokasi) dekat dan kualitas lebih baik,” ujar Rachmad.
Kilang Bontang nantinya ditargetkan mampu mengolah minyak mentah sekitar 300 ribu barel per hari, dengan kapasitas produk BBM minimal 124 ribu barel per hari. Kilang ini juga diprioritaskan memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Senior Vice President Business Development PT Pertamina, Iriawan Yulianto, mengatakan dalam presentasinya kalau produk BBM kilang Bontang 100 persen akan diambil oleh Pertamina. Pertamina pun akan menjadi offtaker dari produk Avtur sebanyak 100 persen.
Sedangkan untuk solar direncanakan akan diekspor dan untuk produk petrochemical akan yang menjadi offtaker adalah Pertamina dan konsorsium mitra. Besarannya tergantung dari besaran share kedua belah pihak. “Kalau ke domestik, harus lewat Pertamina,” ucap Iriawan.
Project expose kilang Bontang, Kalimantan Timur, menghadirkan 95 perusahaan dengan 12 di antarnya perusahaan migas besar seperti Saudi Aramco dab Rosneft. Kilang Bontang ini nantinya akan dikelola bersama sebuah konsorsium, yang dibentuk oleh mitra strategis yang ditunjuk oleh Pertamina.
Setidaknya Pertamina menginginkan calon mitra strategis mereka memiliki rekam jejak yang kuat pada industri pengolahan minyak, utamanya keandalan operasional dan eksekusi proyek. Selain itu, dapat menyesuaikan dengan struktur dan model bisnis yang dikehendaki Pertamina.
Kemudian mitra strategis itu juga memiliki keinginan kuat melakukan percepatan proyek, dan menyelesaikannya pada 2023. Terakhir adalah dia harus memberikan nilai menarik bagi proyek kilang Bontang. Perusahaan calon mitra diminta untuk menyampaikan respons terhadap Request for Information pada 2 April 2017. Rachmad Hardadi mengatakan Pertamina menargetkan untuk memperoleh mitra strategis tersebut pada 28 April 2017.