
DURI, SIJORIPOST.COM – Tidak mudah berhadapan dengan satwa liar dan langka yang dilindungi negara ini. Namun keberanian para tim gabungan untuk pengobatan gajah sakit ini patut diberikan apresiasi luar biasa.
Setelah menjalankan proses cukup lama hingga berhari-hari, akhirnya pengobatan gajah di Duri bisa diselesaikan, Selasa (18/4/2017) hingga pukul 22.15 WIB di sekitar perkebunan warga Kelurahan Balairaja, Kecamatan Pinggir, Bengkalis, Riau.
Tim gabungan yang dimaksud diantaranya 11 orang dari penggiat alam HIPAM dengan anggota Arief, husni, Putri, Apri, Eko, Sap, Indra, Koni, Ridho, Asrul dan Dedek. Dari Yayasan Rimba Satwa dengan anggota Apri, Dedek Boni, Mahendra dan Muhammad Munir,
Selanjutnya, Tim BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam) Riau, drh Rini, Kabid Wilayah II, Heru, Kasi Wilayah III Hutajulu, bagian medis di PLG Minas Azwar dan lain-lainnya yang cukup banyak jika disebutkan satu persatu, serta 3 tim medis dari Vesswic Medan yaktu drh Anhar Lubis, Aulia dan Tia.
Baca: (12 Negara Gelar Pertemuan Guna Selamatkan Gajah Dari Kepunahan)
Kabid Wilayah II, Heru saat dikonfirmasi goriau.com menyebutkan antusiasnya tim BBKSDA Riau, HIPAM, Yayasan Rimba Satwa serta Vesswic dalam penanganan gajah sakit ini membuat dirinya beserta rombonngan lain untuk ikut berpartisiasi memberikan pertolongan selama proeses pengobatan gajah sakit itu.
“Terimakasih untuk kerja keras hari ini kepada teman-teman semua. Terimakasih untuk kerjasamanya dalam proses pengobatan gajah sakit ini. Saya tahu bagaimana sulitnya tim gabungan ini dalam pencarian hingga proses pengobatannya,” kata Kabid Wilayah II, Heru, Selasa (18/4/2017).
Bahkan ada dari tim ini yang berani mengambil resiko tinggi dengan memanjat pohon hingga ketinggian 15 kaki untuk memantau pergerakan gajah sakit itu dan ada juga yang tanpa alas kaki menyisiri hutan yang banyak ranting kayu patah, rawa, serta ilalang gajah yang tinggi-tinggi.
“Alhamdulillah, hingga malam ini kita sudah selesai memberikan pengobatan kepada gajah. Ini berkat kerja keras rekan-rekan Vesswic, BBKSDA, HIPAM, Yayasan Rimba Satwa serta masyarakat. Ini merupakan gajah terbesar yang pernah kita temukan di wilayah Riau – Sumatera,” tutur Heru lagi.
Dari sisi medis yang diwakilkan oleh drh Anhar Lubis, luka pada bagian tubuh gajah liar ini tidak ada yang serius. Beberapa bagian luka sudah mulai sembuh melalui cara alami karena tubuh gajah cukup gemuk dan sehat sehingga proses penyembuhan alaminya lebih cepat.
“Pada dasarnya gajah jantan dominan ini gajah yang sehat dan memiliki antibody yang cukup bagus. Luka pada bagian tubuhnya itu bukan karena senjata tajam dari dilakukan oleh manusia, melainkan karena bertarung dengan jantan dewasa lainnya,” kata Anhar Lubis.
Setelah diberikan obat-obatan pada bagian lukanya, gajah liar ini akan pulih total dalam waktu seminggu hingga dua minggu. Dan saat sembuh, ada kemungkinan ia akan kembali ke kantong Giam Siak Kecil (GSK) tempat asalnya semula.
“Saya yakin, yang satu ini bukan dari kantong Balairaja. Dan gadingnya yang patah itu akibat bertarung dengan jantan yang lebih muda darinya di GSK, sehingga ia lari ke kantong Balairaja. Nanri dia juga akan kembali ke GSK untuk mengawini para betina dewasa,” tuturnya yang masih takjub dengan berat gajah liar tersebut.
Suara dengkuran gajah sakit itu terus saja terdengar selama proses pengobatannya. Sementara semua yang ada di sekitarnya harus bicara dengan berbisik agar gajah yang tidur itu tidak terusik. Tim medis akan kembali menyadarkan gajah liar itu saat proses pengobatannya selesai dan seluruh tim mundur menjauh dari lokasi pengobatan.
Sementara itu, Ketua HIPAM, Husni menyebutkan usaha yang dilakukan teman-temannya dalam penyelamatan gajah liar tersebut sudah menjadi tugas dan tanggung jawab mereka sebagai penggiat alam.
“Selama pencarian hingga proses pengobatan, kita sangat support membantu dalam segala bidang. Ini komitmen kita di HIPAM dalam melindungi satwa langka agar terhindar dari kepunahan yang terus mengancam jiwa mereka,” tuturnya.
Keluar masuk hutan hingga tidak pulang karena harus memonitor pergerakan gajah, dijalani oleh tim HIPAM dan Yayasan Rimba Satwa dengan sepenuh hati. Bahkan hujan panaspun tak mereka hiraukan untuk mendapatkan lokasi keberadaan gajah sakit.