
JAKARTA, SIJORIPOST.COM – Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud diagendakan akan melakukan kunjungan kerja ke Indonesia pada 1-9 Maret 2017. Pertemuan ini salah satunya diagendakan membahas soal investasi perusahaan asal Saudi di kilang Cilacap.
Pelaku industri petrokimia, Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas) Budi Susanto menyambut baik rencana tersebut. Menurutnya jika kilang minyak di Cilacap terbangun nanti, pasokan bahan baku untuk industri petrokimia semakin mudah.
Ia menyebut saat ini industri masih mengimpor minyak karena kapasitas kilang pemerintah saat ini lebih cenderung memenuhi kebutuhan bahan bakar kendaraan. Dengan terbangunnya kilang minyak tersebut, paling tidak akan membantu industri mendapatkan suplai bahan baku lebih dekat.
“Industri petrokimia bakal dapat suplai lebih dekat,” ujar Budi, Senin (22/2/2017).
Ia mengatakan, mengapa pengembangan industri petrokimia di Indonesia tertinggal daripada negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia karena masih mengimpor bahan baku minyak. Padahal, jika industri petrokimia dikembangkan ada banyak pasar karena permintaan terhadap plastik akan meningkat.
Jika telah tersedia bahan baku untuk industri di dalam negeri, ia menyebut akan ada beberapa pengembangan industri petrokimia lagi di Indonesia. Apalagi jika harga energinya lebih murah daripada impor, maka minat pengusaha untuk ekspansi atau investasi akan muncul.
Dengan tersedianya bahan baku di dalam negeri, menurutnya Indonesia bisa menghemat devisa karena tidak perlu lagi mengimpor. Selain itu dampaknya rupiah akan lebih kuat karena tidak perlu impor. Ia mencontohkan dari misalnya 70% impor bahan baku sebelum ada kilang minyak di Cilacap, maka tinggal 40$ saja impornya karena sebagian telah dipenuhi dari dalam negeri.
“Jadi kita ada hemat devisa, kemandirian bahan baku, rupiah jadi lebih kuat, dari yang 70% itu impor itu kalau dibuat di sini mugkin tinggal 40% yang impor devisa kita akan lebih kuat,” ungkapnya.
Ia mengatakan, sebenarnya rencana investasi dari perusahaan minyak Saudi untuk mengembangkan kilang di Indonesia sudah lama. Namun, dia berharap dapat segera terlaksana, serta penjualan minyaknya dibagi dua ada sebagian untuk konsumsi BBM, dan untuk industri sekitar 30%-nya.
Hal itu karena supaya industri bisa mendapatkan bahan baku dengan mudah. Selain itu, dari sisi permintaan minyak menurutnya pasti akan selalu meningkat karena pasar plastik sangat besar dan permintaannya masih tinggi.
“Jangan melulu untuk BBM karena secara hitung-hitungannya ekonomis, kalau satu kilang minyak 30% untuk petrokimia dan sisanya BBM, akan lebih menguntungkan untuk kilang minyak,” ujarnya.
Dia menyebut industri bersedia melakukan kerjasama pembelian kontrak minyaknya jika kilang dapat mensuplai kebutuhan industri. Pengusaha petrokimia ini sangat berharap rencana ini betul-betul terealisasi.
“Khusus untuk petrokimia itu sangat bermanfaat, itu pun dengan kapasitas 1 kilang kurang, kita membutuhkan sekitar mungkin 6-8 juta ton bahan baku pada tahun 2025 kalau kita mau bahan bakunya di dalam negeri,” ungkapnya.